By : Abubakar Yakub
Saat ini, kita sama-sama bisa
menyaksikan betapa jabatan menjadi dambaan semua orang. Menjadi primadona,
karena diharapkan disamping popularitas, juga akan memperbaiki kehidupan
ekonomi. Baik jabatan politik, sturktural ataupun jabatan lainnya. Perebutan
kursi panas itu membawa implikasi yang cukup besar, tidak hanya aspek ekonomi,
sosial, politik juga kondisi keamanan masyarakat sekitar atau lingkungan kerja.
Yang lebih parah lagi adalah adanya korban jiwa yang tidak terhitung lagi
jumlahnya, terutama pada pesta demokrasi (pilkades, pilkada, pilgub maupun
pilpres). Pemilihan kepala desa di beberapa daerah cukup menghebohkan
masyarakat indonesia, padahal lingkup yang sangat kecil dengan jumlah KK yang relatif
sedikit. Bisa jadi satu desa itu adalah kerabat dan sanak famili dekat semua.
Disamping modal ekonomi yang banyak,
pemilihan kepala desa juga sangat merusak hubungan silaturrahim antar sesama
warga. Tengok saja dalam satu keluarga terjadi ketidakharmonisan hanya berbeda
pilihan. Berbeda pilihan telah melahirkan kesenjangan dan kerenggangan sosial.
Padahal sejatinya demokrasi merupakan upaya untuk menyampaikan aspirasi
masyarakat dengan bebas dan merdeka, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Namun
demokrasi belum mampu dimaknai sedemikian elok oleh segelintir masyarakat. Sehingga
yang terjadi adalah chaos. Kondisi yang sangat memprihatinkan itu merupakan
gambaran yang nampak di depan mata kita.
Fenomena itu adalah implikasi dari keinginan
untuk menduduki jabatan alias kursi panas. Kita masih menganggap jabatan itu
sebagai dewa. Siapapun yang memangkunya, layak dihargai, diagungkan bahkan
dikultuskan. Penghargaan seperti itulah yang membuat orang tergila – gila dengan
jabatan. Andai mereka mengetahui, bahwa jabatan itu akan dipertanggungjawabkan
di akherat kelak, maka akan sedikit yang mau menerimanya. Tetapi yang terjadi
adalah sebaliknya. Paradigma profetik itu masih di awang – awang. Belum membooming.
Sehingga nilai – nilai ilahiah belum terinternalisasi dalam diri.
Andai
jabatan itu kekal
Akan ku
genggam erat
Tak
akanku lepas
Hingga
titik darah penghabisan
Andai
jabatan itu kekal
Segala cara
akan aku tempuh
Tak kenal
lelah
Sampai
dunia punah
Namun....
Jabatan
itu begitu sadis
Pembunuhan
demi pembunuhan dipertontonkan
Atas nama
jabatan
Pernahkah
kita mendengar nasehat Imam Al-Gazali
Bukan
baja, batu dan gajah yang berat
Bukan
pula gunung
Namun..
Memegang
amanah
Amanah...
Kata yang
mudah diucap namun sulit direalisasikan
Semoga Allah
memberikan kekuatan kepada kita untuk memegang amanah.
Apapun profesi
kita.
Amanah tetap
melekat dalam diri kita setiap insan
Lewirato,
22 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah memberikan komentar.